![]() |
Banyak sekali frame
gerakan mahasiswa yang berbeda bendera, ideologi, dan orientasi gerakan, tapi
tetap dalam satu tujuan yaitu; mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.
Meskipun terkadang perbedaan pandangan tersebut membuat kelompok mahasiswa
tersebut tidak bisa bergandengan tangan, terjadi gesekan pola gerakan menuju
cita-cita yang di inginkan, tapi hal tersebut adalah sebuah keniscayaan dan
sebatas cara dalam mengimplementasikan gagasan.
Namun ada hal yang
unik dan menarik untuk ditulis terkait dengan pola hidup mahasiswa, yaitu
kebiasaan ngopi yang sudah menjadi rutinitas wajib, bagai takdir tuhan yang
harus di patuhi. Bahkan tak jarang waktu ngopi jauh lebih sering intensitasnya
daripada waktu kuliah. Karena menurut sebagian besar mahasiswa, ngopi itu jauh
lebih baik daripada duduk di kelas mendengarkan celotehan dosen yang tidak
bermutu, apalagi diktat sakral yang selalu ditentengnya setiap hari bagaikan
kitab suci yang tak terbantahkan, oleh sebab itu, ngopi tidak sekedar nyeruput
(minum) kopi di cangkir bertatak atau tanpa tatak, tapi jauh lebih revolusioner
yaitu mendiskusikan segala hal dari seluruh penjuru dunia.
Kontribusi gerakan
yang dilakukan oleh mahasiswa turut serta dalam terbentuknya gagasan-gagasan
serta tindakan yang akan dilakukan untuk melakukan perubahan sosial. Konsepsi Habermas
dalam The Structural Transformation of The Public Sphere tentang ruang publik mengutamakan dialogical
conception (konsepsi dialogis) dengan asumsi bahwa individu-individu datang
bersama-sama ke lokasi yang sama dan terjadinya dialog satu sama lain, sebagai
peserta yang sama dalam percakapan tanpa intervensi. Dalam hal ini dunia kampus harus menjadi ruang-ruang ideologis, bukan dijadikan ruang
bagi doktrin aturan yang membuat pemikiran mahasiswa terkungkung.
Dunia kampus layaknya
sebuah penjara dalam kaca. Mahasiswa umumnya hanya diajarkan untuk melihat
realitas buta tanpa mengarahkan untuk menjangkau realitas tersebut. Kondisi
kampus semacam ini jauh berbeda dengan wadah gerakan yang hampir menyediakan
segala macam bentuk kebutuhan mahasiswa yang itu tidak didapat di kampus.
Disinilah peran dan pentingnya keberadaan gerakan bagi mahasiswa khususnya
insan pergerakan yang banyak beraktifitas di gerakan. Manifestasi dari ruang
publik adalah gerakan.
Demi sendok
yang beradu didinding gelas, Kopi merupakan awal gerakan berpikir, awal
dialektika berkumandang, disudut warung harus tercipta pikiran besar, harus
tercipta gerakan besar pula. Ruang publik adalah wadah kebebasan dalam
menuangkan ide, dan kopi menjadi pengikat dalam setiap kata.
Harus
diluruskan bahwa, ngopi bukanlah aktivitas, tetapi beraktivitaslah di warung
kopi. Karena tidak sedikit juga mahasiswa pada umumnya menjadikan ngopi sebagai
aktivitas yang itu tidak memiliki tujuan yang jelas dan hanya menghambur-hamburkan
uang semata.
"Ngopi harus berlanjut sampai TUHAN berhenti memberikan inspirasi dari pekatnya kopi.
Gerakan harus tetap berlanjut karena REVOLUSI gerakan lahir dari teori gerakan REVOLUSIONER."
"Ngopi harus berlanjut sampai TUHAN berhenti memberikan inspirasi dari pekatnya kopi.
Gerakan harus tetap berlanjut karena REVOLUSI gerakan lahir dari teori gerakan REVOLUSIONER."
Ditulis Oleh: Rijwan, S.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar