SELAMAT DATANG DI BLOG INI ►►Semoga Bermanfaat.. Jangan Lupa di Share Agar Lebih Banyak yang Membaca.. Kunjungi Saya di Facebook dan Twitter... Terimakasih.

Senin, 09 Juli 2018

KONSEPSI DIALOGIS "KOPI DAN GERAKAN MAHASISWA"


Peradaban mahasiswa memang penuh dengan kompleksitas, karena mahasiswa sebagai agent perubahan and agent sosio-kontrol yang menjadi identitas mahasiswa di pundaknya. Disisi lain mahasiswa dapat diartikan sebagai calon-calon penindas, pada posisi seperti ini mahasiswa berada pada kebimbangan, keberpihakan yang dilakukan menjadi sebuah pertanyaan, apakah berpihak kepada masyarakat atau menjadi penindas selanjutnya. Tugas dan tanggung-jawab yang besar seperti ini menuntut mahasiswa untuk terus bergerak, lebih progress, dan peka terhadap persoalan sosial. Tuntutan yang besar di pundaknya membuat mahasiswa harus mengubah cara hidup yang awalnya teratur (normal) menjadi lebih fleksibel terhadap keadaan yang ada (bahkan ubnormal). Tidak semua mahasiswa harus dan mau menanggung beban sosial, banyak juga apatis terhadap realitas yang terjadi. Hanya saja ada beberapa kelompok mahasiswa yang terbentuk dalam suatu wadah gerakan (organisasi) yang mau mengambil tugas seperti ini.


Banyak sekali frame gerakan mahasiswa yang berbeda bendera, ideologi, dan orientasi gerakan, tapi tetap dalam satu tujuan yaitu; mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial. Meskipun terkadang perbedaan pandangan tersebut membuat kelompok mahasiswa tersebut tidak bisa bergandengan tangan, terjadi gesekan pola gerakan menuju cita-cita yang di inginkan, tapi hal tersebut adalah sebuah keniscayaan dan sebatas cara dalam mengimplementasikan gagasan.


Namun ada hal yang unik dan menarik untuk ditulis terkait dengan pola hidup mahasiswa, yaitu kebiasaan ngopi yang sudah menjadi rutinitas wajib, bagai takdir tuhan yang harus di patuhi. Bahkan tak jarang waktu ngopi jauh lebih sering intensitasnya daripada waktu kuliah. Karena menurut sebagian besar mahasiswa, ngopi itu jauh lebih baik daripada duduk di kelas mendengarkan celotehan dosen yang tidak bermutu, apalagi diktat sakral yang selalu ditentengnya setiap hari bagaikan kitab suci yang tak terbantahkan, oleh sebab itu, ngopi tidak sekedar nyeruput (minum) kopi di cangkir bertatak atau tanpa tatak, tapi jauh lebih revolusioner yaitu mendiskusikan segala hal dari seluruh penjuru dunia.


Kontribusi gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa turut serta dalam terbentuknya gagasan-gagasan serta tindakan yang akan dilakukan untuk melakukan perubahan sosial. Konsepsi Habermas dalam The Structural Transformation of The Public Sphere tentang ruang publik mengutamakan dialogical conception (konsepsi dialogis) dengan asumsi bahwa individu-individu datang bersama-sama ke lokasi yang sama dan terjadinya dialog satu sama lain, sebagai peserta yang sama dalam percakapan tanpa intervensi. Dalam hal ini dunia kampus harus menjadi ruang-ruang ideologis, bukan dijadikan ruang bagi doktrin aturan yang membuat pemikiran mahasiswa terkungkung.


Dunia kampus layaknya sebuah penjara dalam kaca. Mahasiswa umumnya hanya diajarkan untuk melihat realitas buta tanpa mengarahkan untuk menjangkau realitas tersebut. Kondisi kampus semacam ini jauh berbeda dengan wadah gerakan yang hampir menyediakan segala macam bentuk kebutuhan mahasiswa yang itu tidak didapat di kampus. Disinilah peran dan pentingnya keberadaan gerakan bagi mahasiswa khususnya insan pergerakan yang banyak beraktifitas di gerakan. Manifestasi dari ruang publik adalah gerakan.


Demi sendok yang beradu didinding gelas, Kopi merupakan awal gerakan berpikir, awal dialektika berkumandang, disudut warung harus tercipta pikiran besar, harus tercipta gerakan besar pula. Ruang publik adalah wadah kebebasan dalam menuangkan ide, dan kopi menjadi pengikat dalam setiap kata.


Harus diluruskan bahwa, ngopi bukanlah aktivitas, tetapi beraktivitaslah di warung kopi. Karena tidak sedikit juga mahasiswa pada umumnya menjadikan ngopi sebagai aktivitas yang itu tidak memiliki tujuan yang jelas dan hanya menghambur-hamburkan uang semata.


"Ngopi harus berlanjut sampai TUHAN berhenti memberikan inspirasi dari pekatnya kopi. 
Gerakan harus tetap berlanjut karena REVOLUSI gerakan lahir dari teori gerakan REVOLUSIONER."



Ditulis Oleh: Rijwan, S.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POST TERPOPULER

DINASTI LEBAK MENGGERUS KESUCIAN DEMOKRASI DI PILKADA 2018

Rijwan, S.Pd (Civil Society) LEBAK - Kamis 21 Juni 2018 27 Juni 2018 merupakan penentuan kemajuan di Kabupaten Lebak, saya pribadi dari...

POSTINGAN POPULER LAINNYA