![]() | |
|
Mahasiswa adalah lapisan terdidik dalam strata sosial. Selanjutnya mahasiswa juga sering disebut sebagai aktor intelektual dalam membangun kontruksi pemikiran dan memecahkan segala problem kemasyarakatan.
Dominasi gerakan mahasiswa bertumpu pada konsepsi bahwa persoalan ketimpangan sosial terjadi akibat sistem dan struktur yang menindas (dehumanisasi).
Di Lebak gerakan mahasiswa yang memiliki kesadaran kritis sudah lenyap, mereka tidak lagi menyoal sistem dan struktur. Bagi mereka, berbagai persoalan kemiskinan, problem sosial di Lebak merupakan komoditi yang bisa diperjualbelikan, hampir setiap waktu dipersoalkan, Namun, tetap saja tidak berpretensi menyelesaikan masalah. Contoh saja, ruang Diskusi Publik yang gemar dilakukan oleh mahasiswa di Lebak lebih melibatkan pemerintah membahas orientasi kebijakan elite dari pada kajian buku atau kajian hasil advokasi dimasyarakat.
Kritik mereka lebih kepada strategi pembangunan untuk orientasi pertumbuhan statistik ekonomi ketimbang menyoal kebutuhan dasar rakyat Lebak kebanyakan. Disini dengan jelas, mahasiswa di Lebak memposisikan sebagai pembantu dalam menaikan citra dan elektabilitas Bupati Lebak untuk terus berkuasa.
Gerakan mahasiswa di Lebak kebanyakan gerakan postmodernisme dan non-ideologis, orientasi ini lebih dinamis namun meninggalkan entitas kebenaran dan sikap kritisme. Gerakan inipun diidentikkan dengan gerakan sosial-politik elitis yang sasarannya adalah para pejabat tinggi, ketergantungan terhadap senioritas, dan bersikap pragmatis.
Sikap yang ditunjukan oleh mahasiswa di Lebak lebih kepada menjaga hubungan dekat dengan pejabat, menjaga hubungan senior dengan rezim pemerintah Lebak, pada posisi yang sama, gerakannya pun lemah, tidak memiliki konsepsi sebagai daya tawar. Maka wajar saja jika orang sering menyebut "otak dia paeh sabeulah".
Padahal, sebagai respirator masyarakat, narasi gerakan yang dibangun mahasiswa harus berdasarkan entitas masyarakat yang memiliki andil dalam perubahan sosial. Sejatinya, mahasiswa harus berada digaris massa, menyoal ketimpangan yang terjadi di Wilayah Lebak.
Penekanan ini penting sebagai counter hegemoni politik dinasti di Lebak, menjaga narasi objektif bahwa dibawah kekuasaan politik dinasti, Lebak tidak akan terhindar dari ketimpangan dan kesenjangan sosial.
Penulis: Rizwan Comrade
Tulisan ini di dedikasikan untuk mahasiswa, Organisasi Kemahasiswaan di Lebak yang stagnan dalam gerakan dan tidak memiliki kesadaran kritis untuk mempersoalkan ketimpangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar