"Wanita harus punya peran untuk mengisi ruang sosial yang selama ini dianggap lemah oleh laki-laki.” (Pipin Pinariah)
Perempuan acap kali mendapatkan perlakuan diskriminasi dan sering menjadi aktor sosial. Bagaimana tidak, sosok perempuan selalu memainkan peran yang di tentukan oleh laki-laki sesuai keinginan.
Stigma dimasyarakat tentang perempuan adalah sebanyak apapun ilmu pengetahuan yang ia miliki, ia tidak akan pernah sampai pada posisi tertinggi, seperti orang tua dulu bilang “Lah, ngapain sekolah tinggi-tinggi nanti ujung-ujungnya ke dapur lagi.” Kalimat seperti itu akan menetapkan perempuan di posisi no-knowladge. Maka disetiap pembahasan sering menyoal keberadaan perempuan yang di anggap sebagai subordinasi.
Dalam hal ini saya ingin menegaskan bahwa eksistensi perempuan itu masih ada, Sejarah mencatat, mulai dari Ibu Megawati Soekarno Putri yang menyandang gelar sebagai presiden perempuan pertama di indonesia, dan khususnya di Lebak yaitu Hj. Iti Octavia Jayabaya (Bupati Kabupaten Lebak) yang menjadi simbol atau figur bagaimana perempuan bisa mengambil peran di posisi strategis.
Terlepas dari soal politik, sosial, ekonomi dan budaya. Penegasan ini sebagai bukti bahwa kesetaraan gender dan peran perempuan (emansipasi) bisa di perhitungkan. Keikutsertaan perempuan dalam perubahan sosial perlu mendapatkan tempat terhormat dalam pikiran dan sikap. Keluarlah dari pemahaman klasik yang dibalut mitos penyebab keberadaan perempuan selalu marjinal. Jadilah sosok perempuan yang mampu menyetarakan peran dengan laki-laki untuk setiap perubahan sosial.
Penulis: Pipin Pinariah
BIOGRAFI PENULIS:
Pipin Pinariah adalah Mahasiswi STISIP SYAMSUL’ULUM Sukabumi Jurusan Ilmu Administrasi Negara. Aktif di Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII Kota Sukabumi) dan Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA Perwakilan Sukabumi).