(Refleksi Hari Lahir PMII ke 62 Tahun)
Dalam fase sejarah berorganisasi, saya pernah mengalami suatu masa di mana organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) memberikan ruang dan keleluasan bagi entitas organisasi untuk mengadopsi teori gerakan, dulu saya sering mengadopsi teori Antonio Gramsci sebagai upaya counter hegemoni terhadap dominasi kekuasaan.
Namun fakta hari ini 62 Tahun PMII berdiri, saya melihat ada pergeseran kelas untuk membangun dominasi kekuasaan. Sebagai underbouw justru PMII mempertahankan praktek hegemoni tersebut, saya sepakat bahwa jika PMII sudah mendominasi kekuasaan maka paradigma kritis transformatif tidak berlaku lagi menempatkan kekuasaan hari ini sebagai penindas.
Maka PMII sebagai inkubator kaderisasi dan lahan ternak intelektual harus menempatkan dirinya, karena dunia intelektual harus terlibat dalam kritik permanen terhadap semua penyalahgunaan kekuasaan atau otoritas.
Yang saya maksud adalah konsep dan gerakan intelektual secara kolektif yang bagi saya masih relevan. Asumsinya bukan hanya menempatkan petarung intelektual hari ini harus berada diluar struktur, atau tidak harus terkait dengan lingkaran kekuasaan seperti gagasan Antonio Gramsci, bahkan bukan semata mata sosok intelektual menjadi pemikir bebas yang memberikan pengertian di antar kelas.
Artinya intelektual kolektif tidak dibatasi struktur kelas, hirarki peran sosial, tetapi juga tidak sebatas memberikan saling pengertian semata. Karena dunia sosial yang dihadapi PMII tidak semata-mata kumpulan perilaku dan tindakan individu yang ditentukan oleh struktur, namun merupakan praktik sosial. Selain itu, konsep intelektual kolektif yang lintas-dimensi mampu menciptakan potensi gerakan pembebasan yang massif.
Selamat Harlah PMII yang ke 62 Tahun, Bagi saya dinamisasi gerakan PMII mampu untuk mentransformasi gerakan demi merawat peradaban.
Rizwan Comrade (Direktur Ruang Publik)
