Oleh: Rizwan Comrade
Tahun Lalu saya menulis "refleksi, soal krisis identitas kader KUMALA", saat semua terkooptasi oleh kepentingan egosentris pelacur politik dibeberapa sektor, kader KUMALA dipaksa untuk menggadaikan kepatuhannya terhadap identitas dan cita-cita Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) demi menghamba terhadap para elite komprador Dinasti Lebak.
Hal tersebut membuktikan bahwa Lebak yang masih sakit secara sistem kekuasaan, dengan kondisi sakit menahun sangat sulit disembuhkan. Maka saya menawarkan formulasi bahwa peran pengkaderan harus mampu menjadi obat penawar, rejuvenasi bagi gerakan Keluarga Mahasiswa Lebak (KUMALA) kedepan.
Di usia Organisasi KUMALA yang ke 57 Tahun (05 Februari 1965 - 05 Februari 2022) embrio gerakan itu muncul kembali, saat hari jadi Lebak ke 193 Tahun pada Desember kemarin, aksi para pejuang KUMALA betul-betul memperlihatkan eksistensi gerakan dengan turun melakukan aksi demonstrasi. Ya walaupun kesucian gerakan yang populis tersebut masih menyisakan perseteruan para pelacur politik setelahnya, banyak yang terusik dengan hadirnya KUMALA aksi di jalanan.
Tetapi, akan menjadi beban tugas yang besar bagi Keluarga Mahasiswa Lebak sebagai organisasi Primordial, organisasi pengkaderan, organisasi yang menjunjung tinggi independensi untuk menghindari politik praktis, serta cara pandang pemikiran pragmatis, oportunis yang menjadi pokok permasalahan, tentunya dibutuhkan formula untuk menggerus permasalahan tersebut.
Saya selalu mengingatkan kepada para kader KUMALA, diharapkan mampu meneguhkan gerakan-gerakan khususnya yang dilakukan kader organisasi, sehingga itu bisa mengkristal dalam bentuk gerakan ideologis yang egaliter, inklusif, serta revolusioner. Maka berkarya nyatalah Keluarga Mahasiswa Lebak, sejarah milik kawan-kawan, tidak boleh dirusak oleh sistem dan struktur yang selama ini jadi penjajah rakyat Lebak yaitu Politik Dinasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar