![]() |
Rizwan Comrade |
Pada beberapa kontestasi politik di Lebak, sebagian manusia elite (Pemuda, Mahasiswa, Elite Organisasi) memang tidak menganggap hadirnya Politik Dinasti sebagai masalah. Bahkan ada sebagian dari mereka ini yang memang berpendapat bahwa setiap orang, terlepas dari latar belakang mereka, berhak berpartisipasi dalam kompetisi elektoral.
Sebaliknya, sebagian besar dari mereka ini cenderung tidak bisa melihat dan merasakan kondisi Lebak saat ini yang jauh dari kemajuan, akses dasar kebutuhan masyarakat soal pembangunan infrastruktur jalan saja masih jadi topik utama di setiap perbincangan, bahkan label Destinasi wisata "jalan rusak" dan baru-baru ini wisata "Kotok" masih jadi primadona pembahasan seantero Lebak hingga pelosok.
ELITE POLITIK DAN PARTAI POLITIK DI LEBAK.
Seakan-akan sudah menjadi konvensi. Di Lebak, kekuasaan Dinasti juga biasanya merangkap sebagai petinggi partai. Contohnya Iti Octavia Jayabaya Bupati Lebak sekaligus Ketua DPD Partai Demokrat Banten, sebelumnya Mulyadi Jaya Baya (JB) mantan Bupati Lebak dua periode juga berkuasa sebagai pengendali di Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Adanya simbiosis mutualisme antara kepentingan dinasti politik JB di Lebak dan penguasaan partai politik sehingga kondisi tersebut sukses untuk mendulang suara pada saat kontestasi politik. Sebagiannya lagi seperti Pemuda amatir, Mahasiswa, bahkan organisasi memang “dipelihara” kesetiaannya oleh jaringan dinasti politik melalui berbagai program yang dirancang khusus untuk para loyalis, baik kader partai, maupun komprador.
Tapi saya yakin, daya kritis masyarakat Lebak menjadi salah satu pembendung tumbuh suburnya dinasti politik di Lebak yang sejak puluhan tahun kuasanya mencengkram di setiap leading sektor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar